Postingan

Untuk Diriku, 2021

Selamat datang, diriku 2021. Akhirnya ya, setelah melewati 12 bulan penuh perjuangan, kesakitan, kekecewaan, rasa yang campur aduk membolak-balikan hati dan perasaan, sampai juga kamu di hari pertama tahun yang baru.  Terimakasih diriku, untuk bertahan sejauh ini.  Memang tahun kemarin sungguh pilu, di tengah-tengah pandemi kamu harus berusaha menjadi yang terbaik dari teman-teman di kampus. Kamu harus menunjukkan bahwa dirimu mampu ditengah ketidakmampuan, untuk keluargamu. Kau dipaksa tetap berdiri tegar bahkan saat kedua kakimu pun tidak lagi sanggup menopang.  Tapi, kamu selalu tahu bahwa sesungguhnya memang tidak ada hari yang akan berjalan dengan mulus. Kamu sadar bahwa dalam hidup ini, ada saatnya dimana kamu harus dipukul begitu keras untuk kembali menyadari bahwa kamu berharga. Jadi, tidak apa-apa yaa, kamu mengerti bahwa setiap hal buruk pasti akan mendatangkan kebaikan untukmu.  Terimakasih ya, diriku.  Terimakasih sudah tetap kuat dalam prosesmu yang...

"Porsi"

Saya sering kali mendengar tentang "Porsi", banyak sekali orang-orang di sekitar saya yang berbicara mengenai "porsi" ini. "Semua orang sudah punya "porsi"-nya masing-masing. Jadi kalau saya begini-begini saja yah berarti porsi saya juga cuma segini. Cukup. Saya dan dia memang berbeda. Takaran kami tidak sama." Kata "Porsi" ini sudah ada sejak lama dan seolah-olah sudah menjadi tameng untuk kita berlindung dan membela diri dari pertanyaan-pertanyaan yang sepertinya menyudutkan kita karena kita tidak bisa sama seperti orang lain. Pertanyaan-pertanyaan seperti, "kenapa kamu tidak bisa meraih peringkat pertama ? kenapa kamu tidak secantik si A ? coba lihat si A, udah pintar, cantik, bisa merawat diri, kenapa kamu begini-begini saja ?" dan lagi jawabannya selalu "Porsi kita beda, saya nggak akan seperti dia. Porsi saya sudah begini, mau diapain lagi ?" Beberapa waktu lalu, seorang sahabat bilang kepada saya,...

Mulai Dari, Saya..

Pertama kali untuk memutuskan bagaimana saya harus menulis di blog ini, apakah saya harus menjadi seorang Lady Rumondor, layaknya seperti di kampus, atau apakah saya harus menjadi seorang Lady Rumondor, layaknya seperti di rumah, di desa, di kost, di tempat-tempat dimana mereka tidak akan menemukan diri saya yang pendiam dan sering menyendiri. Sampai pada akhirnya saya hanya ingin untuk menjadi saya. Untuk menjadi seorang Lady. Lady yang seperti diri saya mau, bukan berdasarkan Lady yang ada di kepala setiap orang yang mengenal saya. Saya ingin bebas menulis disini. Bebas untuk mengungkapkan apa yang ada di kepala saya tanpa harus memikirkan bagaimana reaksi orang-orang di sekitar saya. Bagaimana kalo mereka tidak suka ? Bagaimana kalau tulisan ini akhirnya tidak kunjung menemukan pembacanya ? Lebih dari pertanyaan-pertanyaan itu, saya ingin menulis untuk diri saya sendiri. Memuaskan hasrat saya yang sudah bertahun-tahun saya pendam dalam diam. Untuk berbagi. Awalnya, Say...